Nyampah sedang membudaya di MTs Negeri 1 Lombok Timur. Eiitt, jangan negative thinking dulu ya. Ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Jika semua orang hanya mengenal kata nyampah dengan makna perilaku mengotori suatu tempat dengan sesuatu yang lain, maka makna tersebut tidak berlaku lagi bagi civitas akademika di MTs Negeri 1 Lombok Timur.
Nyampah dalam bahasa Sasak memiliki dua makna. Pertama, nyampah dapat bermakna sarapan. Kedua, nyampah juga bermakna mengambil, memungut, atau mengumpulkan sampah. Kedua makna inilah yang menjadi filosofi dari dua program unggulan di MTs Negeri 1 Lombok Timur. Program yang dimaksud adalah Nyampah Ngelemak dan Tiket Pulang. Kedua program ini merupakan dua program unggulan dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang zero waste.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa kaitan nyampah dengan zero waste? Jawabannya tentu ada. Jika sebelumnya kita mengetahui bahwa budaya nyampah (sarapan pagi) di sekolah secara tidak langsung mengakibatkan meningkatnya produksi sampah, seperti sampah pembungkus nasi, bungkus roti, makanan ringan, kemasan air minum, dan lain-lain). Namun, kalian tidak perlu risau. Budaya nyampah (sarapan pagi) di MTs Negeri 1 Lombok Timur adalah budaya nyampah yang zero waste.
Budaya nyampah ngelemak yang zero waste direalisasikan dengan setiap civitas akademika dianjurkan membawa tempat makan dan minum beserta isinya dari rumah. Kalaupun harus membeli di kantin, pengelola kantin sekolah tidak diperkenankan melayani pembelian nasi dengan kertas pembungkus nasi. Mereka harus membeli makanan dengan menyodorkan tempat makannya.
Pertanyaannya sekarang, apakah bentuk pelayanan seperti itu tidak merugikan pengelola kantin? Tentu tidak. Bentuk pelayanan seperti ini malah menguntungkan karena pengelola tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli kertas pembungkus nasi, kantong keresek, dan lain-lain. Pihak sekolah pun tentu diuntungkan pula. Selain terwujudnya kantin bersih dan sehat, lingkungan sekolah pun menjadi lingkungan yang zero waste.
Setelah satu pekan program nyampah ngelemak dilaksanakan, terjadi pengurangan sampah yang signifikan di MTs Negeri 1 Lombok Timur. Hal tersebut diketahui pihak sekolah berdasarkan penuturan petugas kebersihan sekolah. “Biasanya saya harus mengangkut sampah sebanyak 5 sampai 6 gerobak yang isinya penuh, sekarang saya hanya mengangkut sampah sebanyak 2 sampai 3 gerobah saja,” tuturnya.
Budaya nyampah MTs Negeri 1 Lombok Timur tidak berhenti pada kegiatan nyampah ngelemak saja. Semua civitas akademika di sana juga dibiasakan menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan program tiket pulang. Adapun program tiket pulang bermakna setiap civitas akademika harus mengambil, memungut, atau mengumpulkan sampah-sampah yang mereka jumpai di lingkungan sekolah untuk dibuang pada tempat-tempat sampah yang telah disediakan sebagai tiket pulang mereka. Sehingga, tercipta lingkungan sekolah yang clean, green, dan zero waste.